Bab 2
Malam yang panjang
Malam yang panjang
*Malam hari di Rumah
Kia dan Lian*
Kia dan Lian barusaja bermain basket, Lian tidak terlalu fasih bermain basket tapi untuk sekedar mengeluarkan keringat dia cukup mengerti.
Kia dan Lian barusaja bermain basket, Lian tidak terlalu fasih bermain basket tapi untuk sekedar mengeluarkan keringat dia cukup mengerti.
" Sejak kapan loe
kawanan sama si cowok stres itu " kata Lian saat duduk di lapangan menyeka
keringatnya.
" Cowok stres
?" Kia balik bertanya, pikrannya mencoba mengingat
" Aldo maksud
kakak ?" Kia mencoba mencari kejelasan.
" Iya cowok stres
" jawab Lian
" hmm...gue tau
mereka 3 tahun tapi baru akrab ya setengah tahunan ini " jelas Kia panjang
lebar.
" Kawan loe gag pernah
ada yang beres ya dek ?"
" Maksudnya
?"
" Itu ada cowok stres,
kepedean, tampang bloon "
Kia memicingkan matanya
" Ya adalah satu
yang lumayan "
" Hah ? Siapa kak
?"
" yang kembar tu
nah " Lian coba mengingat.
" Rian ?"
tanya Kia
" gag tau gue,
yang diam terus tu nah "
" Oh ! Rain
?"
" iya kali "
" Rain tuh emang
kayak gitu tampangnya cool gag banyak omong, banyak cewek-cewek yang suka sama
dia, tapi dia gak pernah keliatan pacaran"
" Aldo memang
tampangnya dingin, cuek, aslinya baiiik kok kak "
" Lo mau promosiin
tuh cowok " Kia tetap melanjutkan perkataannya
" kalo Rian tuh
kebalikannya orangnya tuh suka tebar pesona playboy kelas kakap berapa cewek
yang udah di putusin dalam waktu 1 hari"
" kalo Rendi
tampang bloon padahal pinter tu kak, dia cinta mati sama cewek, adeknya Aldo
"
" Hah !? Aldo punya
adek ?" Lian kaget
" biasa aja kalee
!" sindir Kia sambil menutup kupingnya yang mulai budek.
Lian langsung memasang
tampang wajah tanpa ekspresi.
"Namanya
....." Kia mulai cerita.
" Kia, Lian Papa
Telpon " teriak mama mereka dari dalam.
" PAPA " teriak
Kia girang seperti anak kecil di kasih permen lalu berlari ke dalam rumah.
" Eh , tuh anak
main tinggalin aja " Lian pun beranjak mengikuti Kia
" Papa "
teriak Kia lagi . Lian sudah berada di sebelah Kia sedangkan mamanya kembali kekamarnya,
karna sudah dari tadi mengobrol dengan suaminya.
" Apa kabar sayang
?" tanya papanya
" baik pa. Papa
?" tanya Kia balik
" Alhamdulillah
baik sayang. Lian mana ?"
"Ih, papa. Nelpon
yang dicari cuma kak Lian "cemberut Kia dia pun mengaktifkan speaker dan
segera duduk disofa
" kenapa pa
?" tanya Lian sambil mencolek pipi Kia yang sok manyun.
" Gimana hari pertama
kamu disekolah, Lian ?"
" Hari pertama
udah punya musuh tu pa " teriak Kia yang langsung dipelototin Lian.
" Hah !? Serius !?
"
" kalian gag jauh beda
ya ? "
Lian langsung
mendekatkan kupingnya " maksud papa ?"
" Kia dulu juga
punya musuh ,tapi sekarang malah sahabatn "
Lian melihat Kia dengan
tatapan mendelik, Kia bersiul-siul pura-pura tak tahu.
" Berantem karna
apa pa ?" tanya Lian sambil menatap tajam ke Kia
" mmmm....
Karna..Rebutan lapangan kalo gag salah ? mmmm.... Mereka tanding selama satu
bulan Kia sempat pingsan dan nginap dirumah sakit 3 hari " lanjut cerita
papa.
Lian membelalakkan
matanya melihat Kia, Kia hanya menutup mukanya takut melihat tampang Lian.
" Oh ! Gitu pa
!" Lian membesarkan suaranya agar terdengar Kia.
" oh, ya Pa. Aku
ada PR. Aku tutup telponnya ya ?"
" oh ! Kianya mana
katanya mau ngomong ?"
" Lagi telponan
sama 'temannya' " jawab Lian melihat Kia sedang memegang Hp dan memberi
penekanan di kata temannya.
" oh iya iya.
Selamat belajar sayang. Assalamualaikum "
" Walaikumsalam pa
" dia pun menutup telponnya. Lian menatap tajam ke Kia.
" Loe mau tidur
bareng gue gag " twar Lian lebih kesan memaksa.
" Gue mau tidur
sendiri aja " jawab Lian yang merasakan aura kemarahan segera bangkit. Lian
segera menangkap tangan Kia.
" Mama !!!"
teriak Kia mamanya mendengar. Terlambat ! Mamanya sudah tidur dan para
pembantunya juga.
Lian segera menarik
kekamarnya , Kia masih saja berontak dan mengunci pintunya.
" Cerita sekarang
! " tegas Lian. Kia hanya bisa menghela napas dia gag bisa kabur lagi. Mau
tidak mau dia harus cerita.
******
*Apartemen Aldo*
*Apartemen Aldo*
Aldo, Rian, Rain, dan Rendi malam ini berencana ke lapangan basket main streetball, tapi semua teman-temannya ada urusan masing-masing.
" Hai Al, sorry.
Rumah gue kedatangan tamu dari Jogja. Gue gag boleh pergi." kata Rendi
memberi penjelasan.
" Ngapa loe gag
kabur aja ? Biasa juga gitu " sewot Aldo.
" Kalo gue kabur,
gue bakal dicabut dati warisan. Loe tau sendiri bokap gue kalo udah marah kayak
apa ? Bisa jadi anak pingit gue " jelas Rendi. Dulu Rendi pernah berantem
dengan papanya dan pulang tengah malam. Besoknya dia marahin terus seluruh
gadgetnya disita, dikawal dengan ketat banget, sampe-sampe ketiga sahabatnnya
kehilangan kontak seminggu. Akhirnya Rain yang pintar ngomong segera berbicara
4 mata lalu besoknya Rendi bebas lagi.
" Seterah lo, deh
!" ketus Aldo lalu memutuskan telponnya.
" Rain loe dimana
?" tanya Aldo langsung ketika mendengar nada tersambung.
" Dikantor. Ngapa
?"
" Ngapain loe
dikantor malem2 gini ?" tanya Aldo balik
" Ada beberapa
bahan presentasi yang harus dikerjain " jelas Rain
" Rian disitu juga
?" tanya Aldo yang mulai kesal.
" Ya, kalo gue
disini. Udah pasti banget dia disini. Dia kan bos gue !" sejak setahun
yang lalu papanya meninggal, mau tak mau salah satu dari mereka meneruskan.
Rian dengan sangat terpaksa melanjutkan bisnis papanya, Rain juga ikut membantu
saat Rian butuh pertolongan, seperti malam ini dia membantu Rian mengerjakan
bahan untuk presentasi besok.
" Sorry, gue sama
Rian gag bisa nemenin loe "
" ok !" Aldo
langsung menutup telponnya dan membanting k sofa.
" AARRRGGGHH
" teriaknya frustasi dia segera mengambil stik PS dan memainkan dengan
kasar.
*****
* Rumah Rendi *
*****
* Rumah Rendi *
Rendi lagi duduk di ruang tamu menunggu kawan papanya yang dari Jogja. Sudah hampir satu jam dia nunggu, kalo gak ingat ancaman papanya tadi sore, mungkin dia udah kabur dari tadi.
" Sepenting apa
sih tu tamu ? Udah jam segini ? Masih ditunggu juga ?" Umpat Rendi.
Mamanya yang duduk didepannya hanya geleng-geleng.
" Pa, jadi datang
gag sih tamunya ?" tanya Rendi kesal.
" Sabar, mereka
lagi terjebak macet ".
" Katanya
keturunan ningrat. Masak gag tepat waktu. Kelamaan prosesi pemandiannya "
dumel Rendi ngelantur.
Tiiin Tiiin
Terdengar klakson dari luar rumah
" Tuh dia datang
" papanya segera menyuruh asisten menjemputnya.
Sepasang suami istri
masuk dengan gaya wibawanya menyalami papa dan mamanya diikuti seorang gadis
yang masuk. Gadis itu cukup tinggi, kulit kuning langsat, wajahnya merona
dengan make-up yang natural, dia memakai dress panjang bermotif bunga baju
lengannya pendek semakin menampakkan aura kecantikannya. Rendi hanya diam menatap
gadis itu.
" Maaf, ya. Hen. Kami
terlambat. " kata Om Giri.
" Gak papa, Gir.
Silakan duduk ".
Rendi hanya mengikuti
tanpa berbicara matanya masih menatap gadis itu.
" Ehem "
dehem papanya. Rendi baru tersadar.
" Ini Rendi "
kenal papanya.
" Oh ! Ini yang
namanya Rendi. Sudah segagah ini ya kamu " Rendi hanya tersenyum tipis.
" Cantik gag
?" sindir papanya. Rendi hanya diam malu.
" Gag kenalan
?"
" Eh..mmm...Rendi
" Rendi mengulurkan tangannya.
" Naya "
gadis itu menyambut uluran tangan Rendi.
" Naya ? Naya yang
dulu suka maksa aku main rumah-rumahan ya ?" tanya Rendi dengan polosnya.
Papanya langsung melototin Rendi.
" Haha, betul itu
Naya " tanya Papa Naya. Naya nama gadis itu hanya menunduk malu.
" Eh..oh...tapi
sekarang kamu cantik kok " kata Rendi yang langsung mencium tatapan tajam
Papanya. Naya semakin menundukkan kepalanya.
****
" APAAA !?"
teriak Lian membuat Kia menutup telinganya.
" Kok mereka bisa segila
itu ?" tanya Lian lagi.
Kia udah menceritakan
semuanya dari A sampai Z.
" Yah namanya
mereka emosi waktu itu, ya mana tau bakal kayak gitu ". Jelas Kia .
" Jadi papa mama
tau ? "
" Tau tapi minus
aku bertanding sendiri, papa mama taunya aku sama kawan2 aku lawan merela
berempat "
"
Gila..gila.." geleng Lian
" Kakak gag marah
?"
" Marah, marah
banget malah. Tapi mau gimana lagi, orang udah lewat " Kia menghela nafas
panjang.
" Ngapa loe kayak
gitu ?" Lian mengerutkan keningnya.
" gag gapapa
" jawab Kia cepat.
" yakin ?"
Lian mendelik
" iya gapapa
"
" gue kirain Kak
Lian bakal mengeluarkan taringnya " lirih Kia.
" Apa !?" teriak
Lian. Kia hanya nyengir.
" Kak gue ngantuk
? "
" Ya udah keluar
sono " kata Lian ketus.
" Nah katanya gue
tidur bareng loe ?"
" Gue ogah tidur
bareng loe, tidur loe kayak cacing kepanasan pindah sana pindah sini "
" Yaaa, tadi
ngajak tidur bareng"
" gue kan cuma
pengen denger cerita loe"
" jadi gue pergi
ni ?" tanya lemas lalu turun dari tempat tidur.
" iya "
Kia sudah didepan pintu
dan menannyakan " keluar nih ?"
" iyaaa "
ketus Lian.
Kia keluar dengan
lemas. Lian diam sejenak memikirkan sesuatu.
" Ki "
panghil Lian sebelum Kia menutup pintukamarnya.
" Apa ?" dia
membalikkan badannya.
" Tidur dikamar
gue jangan kayak cacing kepanasan "
" Hah !?"
tanya Kia binging.
" mau tidur dikamar
gue gag !?" teriak Lian
" Hah !?"
Bengong Kia
" Gag mau ya
udah..."
" iya, iya
mau." katanya langsung berlari ketempat tidur Lian.
Lian ke meja belajarnya
mengerjakan sesuatu.
" Gag tidur kak
?"
" Gue ada PR, loe
duluan aja tidurnya "
" Oh " Tak
lama terdengar dengkuran pelan dari Kia.
Sebenarnya PR nya
perkara mudah baginya, sebentar aja pasti sudah selesai, tapi diotaknya ada
ganjalan dia memikirkan Aldo, eiiits !! Jangan langsung berasumsi dia kan baru
ketemu dan bertemu dengan kondisi berapi-api, penuh dendam, amarah ,kebencian
,oke ! Gag sampe segitunya, yang pasti dia sebel sama Aldo, tapi entah kenapa dia
sangat mengenal sosok itu.
*******
Apartemen Aldo
Hampir dua jam Aldo
bermain PS melawan CPU, karna lagi emosi dia kalah terus
" Ya ya
...Yeeeeeee masuuuk " teriak Aldo sambil loncat-loncat kayak anak kecil,
lalu terdengar bel berbunyi.
" Siapa lagi malam
malam gini ?" dumel Aldo langsung membuka pintu
" Ngapain loe
kesini ?" jutek Aldo saat tau siapa yang mengunjunginya
" Masa adeknya
datang di jutekkin gitu ?" kata Shilla, adik Aldo. Dia langsung masuk dan
melihat-lihat.
" Gak ada yang
berubah ya kak ? Masih rapi dan merasa tenang " komentar Shilla menghirup
suasana apartemen ini dalam-dalam suasana yang semakin jarang ia masuki, karena
Aldo tak mengijinkannya.
" Loe kesini mau
jadi ahli Feng Shui atau apa sih ?"
" oh, iya hampir
lupa. Nih !" Shilla menyodorkan satu kantong kresek ke Aldo.
" Apaan nih
!?" dia mengambil plastik yang dikasih Shilla.
" Aku beliin ayam
bakar sambal rujak " Shilla duduk di sofa.
" thanks "
jawab Aldo datar.
" kak "
panggil Shilla
" hmm "
" aku kangen mama
" kata Shilla pelan. Perkataan shilla tadi membuat Aldo diam
" apa kabar mama
ya kak ,disana ?" air matanya menetes perlahan. Aldo melihat adiknya
menagis ingin sekali dia memeluk adiknya erat dan mengelus rambutnya sambil
mengatakan ' mama baik-baik aja kok, Adek tenang aja '
" diam ah !
Cengeng banget sih loe ! " ketus Aldo
Tangisan Shilla makin
menjadi " gue bilang diam !" bentak Aldo ' jangan nangis dong dek ' (
kalau tanda petik satu berarti ngomong dalam hati ya, ok! )
" kakak kok bentak
aku ? "
" bisa diam gag !?
Cerewet banget sih loe " Jutek aldo ' maaf kakak gag maksud '
" kakak kok marah
sama aku ? Salah aku apa kak ?"
" salah loe ? Loe
tanya salah loe ! Salah loe tu ganggu hidup gue terus " teriak Aldo ' yang
salah tu gue dek ,gue tu banyak salah sama loe '
" OK ! KALO ITU
MAU KAKAK GUE GAG AKAN GANGGU HIDUP LOE ! PUAS LOE !" bentak Shilla parau,
air matanya sudah siap meledak, dia pun lari ke keluar kamar.
" maafin gue, gue
gag mau loe masuk di kehidupan gue yang kejam dan membahayakan loe " lirih
Aldo sangat pelan matanya sudah berkaca-kaca.
*****
Shilla terus berlari
menabrak orang-orang didepannya, air matanya sudah memaksanya untuk
ditumpahkan, dia masuk ke mobil dan mengemudikan mobil itu dengan kecepatan
tinggi, dia tak menyangka kakaknya yang dulu selalu melindunginya, menyayangi,
menjaganya sekarang tega membentak, meneriaki, bahkan menganggap dia pengganggu
hidup kakaknya.
" AAARRRGHH "
Shilla memukul stir mobilnya kuat - kuat, lalu mencengkramnya hingga buku-buku
jarinya memutih.
BRAAK
Shilla menutup pintu
kamarnya dengan keras semua pembantunya kaget, papanya yang baru pulang kerja
kaget
" kenapa kamu Shilla
?" papanya masuk kekamarnya
" gag papa pa
" Shilla gag mau papanya tau pertengkarannya dengan kakaknya, kalo papanya
tau papanya bisa marah pada kakaknya, dan kakaknya akan semakin membencinya.
" kamu bohong
?" selidik papanya
" iya pa "
Shilla mencoba bersikap biasa saja.
" terus kenapa
kamu nangis " selidik papanya terus.
" umm..ee..gag ada
kok pa "
" kamu gag mau
cerita sama papa ?"
Shilla menghela nafas,
papanya bukan anak kecil yang percaya dengan alasan yang tidak nanti jelas
" kalo udah waktunya ntar aku ceritain "
" bener ?"
" iya pa "
" ya udah,
sekarang kamu tidur " papanya segera menyelimuti Shilla dan mencium
keningnya, papanya pun keluar dan menutup pintu.
Setelah papanya keluar
Shilla menangis lagi tanpa suara.
*****
Di taman belakang rumah Rendi
Tak ada pembicaraan
serius antara Rendi dan Naya, mereka merasa canggung.
" loe jadi pindah
kesini ?" tanya Rendi membuka pembicaraan
" iya pemotretan
disini aku dikontrak papa setahun, jadi papa gag tega kalo aku bolak balik jogja
bandung " Eh, aku lupa bilang ya. Naya tu model dari SMP, orang tuanya
setuju aja asal tetap pada keningratan, mmm...maksudnya tetap jadi gadis
ningrat. You know lah gadis ningrat kyak mana. Nah sekarang perusahaan papanya
yang di Bandung lagi mau promosi produknya jadi yang disuruh Naya.
Oke ! Lanjuuut
" kapan pindahnya
?"
" mmm...paling
satu minggu lagi "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar