Rabu, 06 November 2013

Really, Love You !! - Part 2


Bab 2
Malam yang panjang

*Malam hari di Rumah Kia dan Lian*

Kia dan Lian barusaja bermain basket, Lian tidak terlalu fasih bermain basket tapi untuk sekedar mengeluarkan keringat dia cukup mengerti.
" Sejak kapan loe kawanan sama si cowok stres itu " kata Lian saat duduk di lapangan menyeka keringatnya.
" Cowok stres ?" Kia balik bertanya, pikrannya mencoba mengingat
" Aldo maksud kakak ?" Kia mencoba mencari kejelasan.
" Iya cowok stres " jawab Lian
" hmm...gue tau mereka 3 tahun tapi baru akrab ya setengah tahunan ini " jelas Kia panjang lebar.
" Kawan loe gag pernah ada yang beres ya dek ?"
" Maksudnya ?"
" Itu ada cowok stres, kepedean, tampang bloon "
Kia memicingkan matanya
" Ya adalah satu yang lumayan "
" Hah ? Siapa kak ?"
" yang kembar tu nah " Lian coba mengingat.
" Rian ?" tanya Kia
" gag tau gue, yang diam terus tu nah "
" Oh ! Rain ?"
" iya kali "
" Rain tuh emang kayak gitu tampangnya cool gag banyak omong, banyak cewek-cewek yang suka sama dia, tapi dia gak pernah keliatan pacaran"
" Aldo memang tampangnya dingin, cuek, aslinya baiiik kok kak "
" Lo mau promosiin tuh cowok " Kia tetap melanjutkan perkataannya
" kalo Rian tuh kebalikannya orangnya tuh suka tebar pesona playboy kelas kakap berapa cewek yang udah di putusin dalam waktu 1 hari"
" kalo Rendi tampang bloon padahal pinter tu kak, dia cinta mati sama cewek, adeknya Aldo "
" Hah !? Aldo punya adek ?" Lian kaget
" biasa aja kalee !" sindir Kia sambil menutup kupingnya yang mulai budek.
Lian langsung memasang tampang wajah tanpa ekspresi.
"Namanya ....." Kia mulai cerita.
" Kia, Lian Papa Telpon " teriak mama mereka dari dalam.
" PAPA " teriak Kia girang seperti anak kecil di kasih permen lalu berlari ke dalam rumah.
" Eh , tuh anak main tinggalin aja " Lian pun beranjak mengikuti Kia
" Papa " teriak Kia lagi . Lian sudah berada di sebelah Kia sedangkan mamanya kembali kekamarnya, karna sudah dari tadi mengobrol dengan suaminya.
" Apa kabar sayang ?" tanya papanya
" baik pa. Papa ?" tanya Kia balik
" Alhamdulillah baik sayang. Lian mana ?"
"Ih, papa. Nelpon yang dicari cuma kak Lian "cemberut Kia dia pun mengaktifkan speaker dan segera duduk disofa

" kenapa pa ?" tanya Lian sambil mencolek pipi Kia yang sok manyun.
" Gimana hari pertama kamu disekolah, Lian ?"
" Hari pertama udah punya musuh tu pa " teriak Kia yang langsung dipelototin Lian.
" Hah !? Serius !? "
" kalian gag jauh beda ya ? "
Lian langsung mendekatkan kupingnya " maksud papa ?"
" Kia dulu juga punya musuh ,tapi sekarang malah sahabatn "
Lian melihat Kia dengan tatapan mendelik, Kia bersiul-siul pura-pura tak tahu.
" Berantem karna apa pa ?" tanya Lian sambil menatap tajam ke Kia
" mmmm.... Karna..Rebutan lapangan kalo gag salah ? mmmm.... Mereka tanding selama satu bulan Kia sempat pingsan dan nginap dirumah sakit 3 hari " lanjut cerita papa.
Lian membelalakkan matanya melihat Kia, Kia hanya menutup mukanya takut melihat tampang Lian.
" Oh ! Gitu pa !" Lian membesarkan suaranya agar terdengar Kia.
" oh, ya Pa. Aku ada PR. Aku tutup telponnya ya ?"
" oh ! Kianya mana katanya mau ngomong ?"
" Lagi telponan sama 'temannya' " jawab Lian melihat Kia sedang memegang Hp dan memberi penekanan di kata temannya.
" oh iya iya. Selamat belajar sayang. Assalamualaikum "
" Walaikumsalam pa " dia pun menutup telponnya. Lian menatap tajam ke Kia.
" Loe mau tidur bareng gue gag " twar Lian lebih kesan memaksa.
" Gue mau tidur sendiri aja " jawab Lian yang merasakan aura kemarahan segera bangkit. Lian segera menangkap tangan Kia.
" Mama !!!" teriak Kia mamanya mendengar. Terlambat ! Mamanya sudah tidur dan para pembantunya juga.
Lian segera menarik kekamarnya , Kia masih saja berontak dan mengunci pintunya.
" Cerita sekarang ! " tegas Lian. Kia hanya bisa menghela napas dia gag bisa kabur lagi. Mau tidak mau dia harus cerita.
******
*Apartemen Aldo*

Aldo, Rian, Rain, dan Rendi malam ini berencana ke lapangan basket main streetball, tapi semua teman-temannya ada urusan masing-masing.
" Hai Al, sorry. Rumah gue kedatangan tamu dari Jogja. Gue gag boleh pergi." kata Rendi memberi penjelasan.
" Ngapa loe gag kabur aja ? Biasa juga gitu " sewot Aldo.
" Kalo gue kabur, gue bakal dicabut dati warisan. Loe tau sendiri bokap gue kalo udah marah kayak apa ? Bisa jadi anak pingit gue " jelas Rendi. Dulu Rendi pernah berantem dengan papanya dan pulang tengah malam. Besoknya dia marahin terus seluruh gadgetnya disita, dikawal dengan ketat banget, sampe-sampe ketiga sahabatnnya kehilangan kontak seminggu. Akhirnya Rain yang pintar ngomong segera berbicara 4 mata lalu besoknya Rendi bebas lagi.
" Seterah lo, deh !" ketus Aldo lalu memutuskan telponnya.
" Rain loe dimana ?" tanya Aldo langsung ketika mendengar nada tersambung.
" Dikantor. Ngapa ?"
" Ngapain loe dikantor malem2 gini ?" tanya Aldo balik
" Ada beberapa bahan presentasi yang harus dikerjain " jelas Rain
" Rian disitu juga ?" tanya Aldo yang mulai kesal.
" Ya, kalo gue disini. Udah pasti banget dia disini. Dia kan bos gue !" sejak setahun yang lalu papanya meninggal, mau tak mau salah satu dari mereka meneruskan. Rian dengan sangat terpaksa melanjutkan bisnis papanya, Rain juga ikut membantu saat Rian butuh pertolongan, seperti malam ini dia membantu Rian mengerjakan bahan untuk presentasi besok.
" Sorry, gue sama Rian gag bisa nemenin loe "
" ok !" Aldo langsung menutup telponnya dan membanting k sofa.
" AARRRGGGHH " teriaknya frustasi dia segera mengambil stik PS dan memainkan dengan kasar.
*****
* Rumah Rendi *

Rendi lagi duduk di ruang tamu menunggu kawan papanya yang dari Jogja. Sudah hampir satu jam dia nunggu, kalo gak ingat ancaman papanya tadi sore, mungkin dia udah kabur dari tadi.
" Sepenting apa sih tu tamu ? Udah jam segini ? Masih ditunggu juga ?" Umpat Rendi. Mamanya yang duduk didepannya hanya geleng-geleng.
" Pa, jadi datang gag sih tamunya ?" tanya Rendi kesal.
" Sabar, mereka lagi terjebak macet ".
" Katanya keturunan ningrat. Masak gag tepat waktu. Kelamaan prosesi pemandiannya " dumel Rendi ngelantur.

Tiiin Tiiin

Terdengar klakson dari luar rumah
" Tuh dia datang " papanya segera menyuruh asisten menjemputnya.
Sepasang suami istri masuk dengan gaya wibawanya menyalami papa dan mamanya diikuti seorang gadis yang masuk. Gadis itu cukup tinggi, kulit kuning langsat, wajahnya merona dengan make-up yang natural, dia memakai dress panjang bermotif bunga baju lengannya pendek semakin menampakkan aura kecantikannya. Rendi hanya diam menatap gadis itu.
" Maaf, ya. Hen. Kami terlambat. " kata Om Giri.
" Gak papa, Gir. Silakan duduk ".
Rendi hanya mengikuti tanpa berbicara matanya masih menatap gadis itu.
" Ehem " dehem papanya. Rendi baru tersadar.
" Ini Rendi " kenal papanya.
" Oh ! Ini yang namanya Rendi. Sudah segagah ini ya kamu " Rendi hanya tersenyum tipis.
" Cantik gag ?" sindir papanya. Rendi hanya diam malu.
" Gag kenalan ?"
" Eh..mmm...Rendi " Rendi mengulurkan tangannya.
" Naya " gadis itu menyambut uluran tangan Rendi.
" Naya ? Naya yang dulu suka maksa aku main rumah-rumahan ya ?" tanya Rendi dengan polosnya. Papanya langsung melototin Rendi.
" Haha, betul itu Naya " tanya Papa Naya. Naya nama gadis itu hanya menunduk malu.
" Eh..oh...tapi sekarang kamu cantik kok " kata Rendi yang langsung mencium tatapan tajam Papanya. Naya semakin menundukkan kepalanya.
****
" APAAA !?" teriak Lian membuat Kia menutup telinganya.
" Kok mereka bisa segila itu ?" tanya Lian lagi.
Kia udah menceritakan semuanya dari A sampai Z.
" Yah namanya mereka emosi waktu itu, ya mana tau bakal kayak gitu ". Jelas Kia .
" Jadi papa mama tau ? "
" Tau tapi minus aku bertanding sendiri, papa mama taunya aku sama kawan2 aku lawan merela berempat "
" Gila..gila.." geleng Lian
" Kakak gag marah ?"
" Marah, marah banget malah. Tapi mau gimana lagi, orang udah lewat " Kia menghela nafas panjang.
" Ngapa loe kayak gitu ?" Lian mengerutkan keningnya.
" gag gapapa " jawab Kia cepat.
" yakin ?" Lian mendelik
" iya gapapa "
" gue kirain Kak Lian bakal mengeluarkan taringnya " lirih Kia.
" Apa !?" teriak Lian. Kia hanya nyengir.
" Kak gue ngantuk ? "
" Ya udah keluar sono " kata Lian ketus.
" Nah katanya gue tidur bareng loe ?"
" Gue ogah tidur bareng loe, tidur loe kayak cacing kepanasan pindah sana pindah sini "
" Yaaa, tadi ngajak tidur bareng"
" gue kan cuma pengen denger cerita loe"
" jadi gue pergi ni ?" tanya lemas lalu turun dari tempat tidur.
" iya "
Kia sudah didepan pintu dan menannyakan " keluar nih ?"
" iyaaa " ketus Lian.
Kia keluar dengan lemas. Lian diam sejenak memikirkan sesuatu.
" Ki " panghil Lian sebelum Kia menutup pintukamarnya.
" Apa ?" dia membalikkan badannya.
" Tidur dikamar gue jangan kayak cacing kepanasan "
" Hah !?" tanya Kia binging.
" mau tidur dikamar gue gag !?" teriak Lian
" Hah !?" Bengong Kia
" Gag mau ya udah..."
" iya, iya mau." katanya langsung berlari ketempat tidur Lian.
Lian ke meja belajarnya mengerjakan sesuatu.
" Gag tidur kak ?"
" Gue ada PR, loe duluan aja tidurnya "
" Oh " Tak lama terdengar dengkuran pelan dari Kia.
Sebenarnya PR nya perkara mudah baginya, sebentar aja pasti sudah selesai, tapi diotaknya ada ganjalan dia memikirkan Aldo, eiiits !! Jangan langsung berasumsi dia kan baru ketemu dan bertemu dengan kondisi berapi-api, penuh dendam, amarah ,kebencian ,oke ! Gag sampe segitunya, yang pasti dia sebel sama Aldo, tapi entah kenapa dia sangat mengenal sosok itu.
*******
Apartemen Aldo

Hampir dua jam Aldo bermain PS melawan CPU, karna lagi emosi dia kalah terus
" Ya ya ...Yeeeeeee masuuuk " teriak Aldo sambil loncat-loncat kayak anak kecil, lalu terdengar bel berbunyi.
" Siapa lagi malam malam gini ?" dumel Aldo langsung membuka pintu
" Ngapain loe kesini ?" jutek Aldo saat tau siapa yang mengunjunginya
" Masa adeknya datang di jutekkin gitu ?" kata Shilla, adik Aldo. Dia langsung masuk dan melihat-lihat.
" Gak ada yang berubah ya kak ? Masih rapi dan merasa tenang " komentar Shilla menghirup suasana apartemen ini dalam-dalam suasana yang semakin jarang ia masuki, karena Aldo tak mengijinkannya.
" Loe kesini mau jadi ahli Feng Shui atau apa sih ?"
" oh, iya hampir lupa. Nih !" Shilla menyodorkan satu kantong kresek ke Aldo.
" Apaan nih !?" dia mengambil plastik yang dikasih Shilla.
" Aku beliin ayam bakar sambal rujak " Shilla duduk di sofa.
" thanks " jawab Aldo datar.
" kak " panggil Shilla
" hmm "
" aku kangen mama " kata Shilla pelan. Perkataan shilla tadi membuat Aldo diam
" apa kabar mama ya kak ,disana ?" air matanya menetes perlahan. Aldo melihat adiknya menagis ingin sekali dia memeluk adiknya erat dan mengelus rambutnya sambil mengatakan ' mama baik-baik aja kok, Adek tenang aja '
" diam ah ! Cengeng banget sih loe ! " ketus Aldo
Tangisan Shilla makin menjadi " gue bilang diam !" bentak Aldo ' jangan nangis dong dek ' ( kalau tanda petik satu berarti ngomong dalam hati ya, ok! )
" kakak kok bentak aku ? "
" bisa diam gag !? Cerewet banget sih loe " Jutek aldo ' maaf kakak gag maksud '
" kakak kok marah sama aku ? Salah aku apa kak ?"
" salah loe ? Loe tanya salah loe ! Salah loe tu ganggu hidup gue terus " teriak Aldo ' yang salah tu gue dek ,gue tu banyak salah sama loe '
" OK ! KALO ITU MAU KAKAK GUE GAG AKAN GANGGU HIDUP LOE ! PUAS LOE !" bentak Shilla parau, air matanya sudah siap meledak, dia pun lari ke keluar kamar.
" maafin gue, gue gag mau loe masuk di kehidupan gue yang kejam dan membahayakan loe " lirih Aldo sangat pelan matanya sudah berkaca-kaca.
*****
Shilla terus berlari menabrak orang-orang didepannya, air matanya sudah memaksanya untuk ditumpahkan, dia masuk ke mobil dan mengemudikan mobil itu dengan kecepatan tinggi, dia tak menyangka kakaknya yang dulu selalu melindunginya, menyayangi, menjaganya sekarang tega membentak, meneriaki, bahkan menganggap dia pengganggu hidup kakaknya.
" AAARRRGHH " Shilla memukul stir mobilnya kuat - kuat, lalu mencengkramnya hingga buku-buku jarinya memutih.
BRAAK
Shilla menutup pintu kamarnya dengan keras semua pembantunya kaget, papanya yang baru pulang kerja kaget
" kenapa kamu Shilla ?" papanya masuk kekamarnya
" gag papa pa " Shilla gag mau papanya tau pertengkarannya dengan kakaknya, kalo papanya tau papanya bisa marah pada kakaknya, dan kakaknya akan semakin membencinya.
" kamu bohong ?" selidik papanya
" iya pa " Shilla mencoba bersikap biasa saja.
" terus kenapa kamu nangis " selidik papanya terus.
" umm..ee..gag ada kok pa "
" kamu gag mau cerita sama papa ?"
Shilla menghela nafas, papanya bukan anak kecil yang percaya dengan alasan yang tidak nanti jelas " kalo udah waktunya ntar aku ceritain "
" bener ?"
" iya pa "
" ya udah, sekarang kamu tidur " papanya segera menyelimuti Shilla dan mencium keningnya, papanya pun keluar dan menutup pintu.
Setelah papanya keluar Shilla menangis lagi tanpa suara.

*****

Di taman belakang rumah Rendi
Tak ada pembicaraan serius antara Rendi dan Naya, mereka merasa canggung.
" loe jadi pindah kesini ?" tanya Rendi membuka pembicaraan
" iya pemotretan disini aku dikontrak papa setahun, jadi papa gag tega kalo aku bolak balik jogja bandung " Eh, aku lupa bilang ya. Naya tu model dari SMP, orang tuanya setuju aja asal tetap pada keningratan, mmm...maksudnya tetap jadi gadis ningrat. You know lah gadis ningrat kyak mana. Nah sekarang perusahaan papanya yang di Bandung lagi mau promosi produknya jadi yang disuruh Naya.
Oke ! Lanjuuut
" kapan pindahnya ?"
" mmm...paling satu minggu lagi "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Putri Nelpilia

hidup adalah sebuah pilihan